BANJARNEGARA – Kegiatan Festival Banjarnegara Movies 2025 sukses digelar di Surya Yudha Cinema, Sabtu (26/7/2025). Diharapkan acara yang nguri-uri dunia perfilman di Banjarneara ini dapat digelar secara kontinyu.
Hal itu diungkapkan oleh pegiat film dari Jaringan Kerja Film Banyumas Nanki Nirmanto sekaligus sebagai juri festival tersebut.
“Penyelenggara festival film, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, saya harap untuk mempertimbangkan keberlanjutan festival yang sudah sangat baik ini secara konsisten. Karena festival yang rutin akan membentuk ekosistem film yang lebih baik di daerah,” ujar Nanki.
Ia juga menyinggung pentingnya apresiasi terhadap proses kreatif filmmaker muda agar mereka terdorong untuk terus berkarya.
Menurutnya peningkatan kualitas festival tidak selalu bergantung pada besarnya hadiah uang, tetapi pada pengembangan kapasitas SDM melalui pelatihan atau pendampingan yang kontinu.
Secara keseluruhan, tambah Nanki, Dewan Juri mengapresiasi semua film yang masuk ke meja dewan juri. Namun, terdapat satu kategori yang mendapat perhatian khusus dari dewan juri, yaitu kategori dokumenter di semua level baik Pelajar SMP, SMA, serta mahasiswa dan umum.
“Karya dokumenter yang masuk masih memiliki kelemahan mendasar, yaitu terkait kekuatan riset. Film dokumenter yang kuat harus didukung riset mendalam untuk menghindari pandangan sepihak dan memastikan validitas data yang disajikan. Film dokumenter harus objektif, logis, dan terhindar dari bias. Serta dengan riset yang matang, kami meyakini pembuat film akan memiliki kedekatan yang lebih dengan narasumber sebagai subyek,” tandasnya.
Ia juga memberikan saran penting agar pihak penyelenggara festival melakukan pendampingan seperti workshop riset dan pembuatan film dokumenter, sehingga kualitas karya di masa depan meningkat.
Dibandingkan dengan kategori dokumenter, untuk kategori fiksi dianggap lebih kompetitif, terutama di tingkat SMP dan SMA.
Dewan juri jmengapresiasi kepada sekolah terutama guru pendamping sinematografi yang telah mengarahkan siswanya untuk lebih peka mengangkat isu yang dekat dengan masyarakat serta secara sadar menggunakan Bahasa Ibu Bahasa Banyumasan sebagai bahasa penyampai dalam film yang mereka produksi.
“Namun diluar itu, masih ada beberapa kelemahan teknis yang perlu diperhatikan oleh pembuat film dan perlu ditingkatkan,” pungkas Nanki.

Adapun hasil kejuaraan, kategori film Fiksi Umum dan Mahasiswa film berjudul “Jonjang” menjadi film terbaik. Dewan Juri tidak memilih film terbaik pada Kategori Dokumenter Umum dan Mahasiswa.
Langkah ini dewan juri ambil agar nantinya tidak adanya tolak ukur film dokumenter diangkat belum layak menjadi film terbaik. Juga sebagai motivasi para pembuat film kedepannya agar meningkatkan kualitas produksi film dokumenter di Banjarnegara.
Hanya special mention yang diberikan untuk kategori ini, yaitu untuk film berjudul “Unsolution”.
Pada kategori Fiksi Pelajar SMP, berturut-turut juara 3, 2 dan 1 adalah film: Balik, Ondol Kepos dan Ruwing.
Untuk kategori Dokumenter SMP juga hanya diberikan penghargaan special mention untuk film berjudul “ABK”.
Kategori film Dokumenter Pelajar tingkat SMA menjadi kategori dokumenter yang menurut dewan juri secara pencapaian teknis serta ide cerita yang diangkat memiliki keunggulan dibandingkan dengan kategori lainnya.
Dewan juri memilih 3 film terbaik yang dianggap bisa dijadikan standar pencapaian bagi film lainnya. Berturut-turut juara 3, 2 dan 1 adalah film berjudul “Sabtu Pahing”, “Kuntulan Semangkung” dan “Wates Ngarit”.
Pada kategori Fiksi SMA tampil sebagai juara 3, 2 dan 1 berturut-turut adalah film berjudul: “Nglangut”, “Wong Cilik” dan “Tembelek”.
Salah satu pemenang lomba Puja Rizqi dari SMAN 1 Sigaluh mengaku sangat senang karena filmnya diutar di bioskop dan menurutnya ini dapat menjadi titik balik baginya untuk mendalami karya film.
“Ekskul film di sekolah kami sempat mati bertahun-tahun, dan tahun ini baru digiatkan lagi. Alhamdulilah bisa meraih juara 3. Ini sangat memotivasi kami untuk bisa berkarya lagi ke depannya,” ujar Puja.