INFOBANJARNEGARA.com – Dataran Tinggi Dieng, yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, Jawa Tengah, bukan hanya dikenal karena keindahan alamnya dan situs-situs candi bersejarah, tetapi juga karena keberadaan tanaman purwaceng (Pimpinella pruatjan). Tanaman ini telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat lokal dan memiliki sejarah yang kaya serta unik.
Purwaceng merupakan tanaman herbal endemik yang tumbuh subur di ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut, yang menjadikan Dieng sebagai habitat alaminya. Kondisi lingkungan Dieng yang sejuk dan lembap sangat ideal untuk pertumbuhan purwaceng. Masyarakat setempat telah mengenal tanaman ini sejak zaman dahulu dan memanfaatkannya sebagai obat tradisional.
Sejarah pemanfaatan purwaceng di kalangan masyarakat Dieng sudah dimulai sejak berabad-abad lalu. Tanaman ini awalnya digunakan oleh para petani dan penduduk lokal sebagai minuman yang memberikan efek menghangatkan tubuh di tengah dinginnya cuaca pegunungan. Selain itu, purwaceng juga dipercaya memiliki khasiat afrodisiak, yang meningkatkan stamina dan vitalitas pria. Oleh karena itu, purwaceng sering dijuluki sebagai “Viagra Jawa.”
Dalam perkembangannya, penggunaan purwaceng tidak hanya terbatas pada masyarakat lokal. Pada masa penjajahan Belanda, tanaman ini mulai dikenal oleh orang-orang Eropa yang kemudian memperkenalkan khasiatnya ke luar wilayah Dieng. Hingga kini, purwaceng tetap menjadi salah satu tanaman herbal yang diminati, tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh wisatawan yang berkunjung ke Dieng.
Meski permintaan akan purwaceng terus meningkat, tanaman ini tergolong sulit dibudidayakan. Purwaceng membutuhkan kondisi tanah dan iklim yang sangat spesifik, sehingga tidak mudah untuk dibudidayakan di luar lingkungan alaminya. Oleh sebab itu, upaya pelestarian tanaman purwaceng di Dieng menjadi sangat penting. Para petani lokal bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga penelitian, untuk menjaga kelestarian purwaceng serta mencari metode budidaya yang lebih efektif.
Purwaceng umumnya diolah menjadi minuman herbal, baik dalam bentuk teh, kopi, maupun serbuk yang dicampur dengan berbagai bahan lain. Produk olahan purwaceng ini banyak dijual di kawasan wisata Dieng dan menjadi oleh-oleh khas yang populer. Selain itu, purwaceng juga digunakan dalam industri kosmetik dan kesehatan, karena khasiatnya yang diyakini dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengatasi masalah kesehatan tertentu.
Tanaman purwaceng bukan hanya sebuah warisan alam, tetapi juga warisan budaya yang memiliki nilai historis bagi masyarakat Dieng. Keberadaannya yang langka dan sulit dibudidayakan menjadikan purwaceng sebagai komoditas berharga yang perlu dijaga kelestariannya. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan produk turunan yang kreatif, purwaceng tetap bisa menjadi bagian dari kekayaan alam Dieng yang tidak hanya dikenal secara lokal tetapi juga di kancah internasional.
Sudahkan anda mencobanya?