Sejarah Candi di Jawa Tengah

Kalian Harus Tahu! Sejarah Candi-Candi di Jawa Tengah

INFOBANJARNEGARA.com, JAWA TENGAH – Sebagai Jantung budaya Jawa, Provinsi Jawa Tengah sangat melestarikan budaya Jawa. Jawa Tengah memiliki banyak sekali destinasi wisata sejarah yang semuanya terjaga dengan baik. Salah satunya adalah candi.

Bagi kalian yang suka akan sejarah ataupun budaya, mempelajari peninggalan sejarah berupa candi tentu menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Dikutip dari laman Disparbud Banjarnegara pada abad ke-7 sampai dengan awal abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat sebuah kerajaan Hindu bernama Kalingga. Pada akhir paruh pertama abad ke-8, diperkirakan tahun 732 M, Raja Sanjaya mengubah nama Kalingga menjadi Mataram.

Selanjutnya Mataram diperintah oleh keturunan Sanjaya (Wangsa Sanjaya). Selama masa pemerintahan Raja Sanjaya, diperkirakan telah dibangun candi-candi Syiwa di Pegunungan Dieng.

Pada akhir masa pemerintahan Raja Sanjaya, datanglah Raja Syailendra yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya (di Palembang) yang berhasil menguasai wilayah selatan di Jawa Tengah. Kekuasaan Mataram Hindu terdesak ke wilayah utara Jawa Tengah.

Pemerintahan Raja Syailendra yang beragama Buddha ini dilanjutkan oleh keturunannya, Wangsa Syailendra. Dengan demikian, selama kurang lebih satu abad, yaitu tahun 750-850 M, Jawa Tengah dikuasai oleh dua pemerintahan, yaitu pemerintahan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu dan Wangsa Syailendra yang menganut agama Buddha Mahayana. Pada masa inilah sebagian besar candi di Jawa Tengah dibangun.

Oleh karena itu, candi-candi di Jawa Tengah bagian utara pada umumnya adalah candi-candi Hindu, sedangkan di wilayah selatan adalah candi-candi Buddha. Kedua Wangsa yang berkuasa di Jawa Tengah tersebut akhirnya dipersatukan melalui pernikahan Rakai Pikatan (838 – 851 M) dengan Pramodawardhani, Putra Maharaja Samarattungga dari Wangsa Syailendra.

Candi di Jawa Tengah umumnya menghadap ke timur, dibangun menggunakan batu andesit. Bangunan candi umumnya bertubuh tambun dan terletak di tengah pelataran. Di antara kaki dan tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar, yang berfungsi sebagai tempat melakukan ‘pradaksina’.

Di atas ambang pintu ruangan dan relung terdapat hiasan kepala Kala (Kalamakara) tanpa rahang bawah. Bentuk atap candi di Jawa tengah umumnya melebar dengan puncak berbentuk ratna atau stupa. Keterulangan bentuk pada atap tampak dengan jelas.

Baca juga: Candi Terbesar Kawasan Dieng itu Bernama Bima

Baca juga: Candi Arjuna, Wisata Favorit di Dieng Banjarnegara

Di samping letak dan bentuk bangunannya, candi Jawa tengah mempunyai ciri khas dalam hal reliefnya, yaitu pahatannya dalam, objek dalam relief digambarkan secara naturalis dengan tokoh yang mengadap ke depan. Batas antara satu adegan dengan adegan lain tidak tampak nyata dan terdapat bidang yang dibiarkan kosong.

Pohon Kalpataru yang dianggap sebagai pohon suci yang tumbuh ke luar dari objek berbentuk bulat banyak didapati di candi-candi Jawa Tengah.

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *