INFOBANJARNEGARA.com – Dalam rangkaian acara Dieng Culture Festival (DCF) 2024, sebanyak 13 anak berambut gimbal atau gembel menjalani ritual pemotongan rambut di depan Candi Arjuna, sebuah prosesi yang menarik perhatian ribuan penonton. Acara yang berlangsung di dataran tinggi Dieng ini menjadi salah satu momen yang paling ditunggu-tunggu dalam festival budaya tahunan, Sabtu (24/8/2024).
Sebelum rambut mereka dicukur, anak-anak tersebut mengikuti ritual jamasan, di mana rambut gimbal mereka dimandikan menggunakan air yang telah dikumpulkan dari sejumlah mata air suci atau tuk di sekitar Dieng. Ritual jamasan ini dipercaya sebagai simbol pembersihan dan pengembalian keseimbangan spiritual bagi anak-anak yang memiliki rambut gimbal.
Prosesi pemotongan rambut dilakukan di sebuah altar khusus yang disebut pacukuran, yang terletak di depan Candi Arjuna. Setelah rambut gimbal mereka dipotong, anak-anak ini menerima barang-barang unik sebagai wujud pemenuhan permintaan mereka. Setiap anak memiliki permintaan khusus yang telah diajukan sebelumnya, dan barang-barang tersebut beragam mulai dari sepeda listrik warna pink, Android, anting dan kalung emas, hingga sekantung buah stroberi, dan bahkan anak bebek dalam kandang.
Baca juga: Sambut Dieng Culture Festival Banjarnegara, Film ‘Di Hyang Negeri di Atas Awan’ Tayang Perdana
Sekitar enam ribu penonton, termasuk media, menyaksikan prosesi ini dengan penuh antusias dari barisan kedua, sementara barisan terdepan diisi oleh para tamu undangan yang terdiri dari pejabat kementerian, bupati, hingga camat. Kehadiran ribuan penonton yang memenuhi area Candi Arjuna menunjukkan betapa besar minat dan penghargaan masyarakat terhadap budaya dan tradisi yang telah lama dijaga di Dataran Tinggi Dieng.
Dieng Culture Festival, yang diadakan setiap tahun, tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah dan negara. Ritual pemotongan rambut gimbal ini menjadi puncak acara yang selalu dinanti, karena sarat dengan nilai-nilai budaya yang mendalam serta kearifan lokal yang masih terjaga hingga kini.
Penulis: Sagiyo Arsadiwirya
Editor: Pewe
» Klik berita lainnya di Google News INFO BANJARNEGARA