Banjarnegara – Membaca nyaring atau read aloud bukan sekadar aktivitas membaca biasa. Kegiatan ini terbukti mampu meningkatkan kemampuan literasi anak sekaligus mempererat ikatan emosional antara orang tua dan anak.

Hal tersebut disampaikan dalam Bimbingan Teknis Membaca Nyaring yang diselenggarakan oleh Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Banjarnegara, pada Selasa hingga Kamis (8–10 Juli 2025) di Aula Niscala, Perpustakaan Daerah Banjarnegara.

Kegiatan berlangsung selama tiga hari dan diikuti puluhan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari guru, pustakawan, pegiat literasi, hingga para orang tua. Hadir sebagai narasumber, dua praktisi membaca nyaring: Dian Novitasari dan Syaffa Kusuma Wardani.

Kepala Disarpus Banjarnegara, Arief Rahman, menyoroti pentingnya peran orang tua di tengah gempuran teknologi digital.

“Generasi sekarang lebih dekat dengan gawai daripada orang tuanya. Ini harus jadi perhatian bersama. Read aloud bisa menjadi jembatan komunikasi dan kedekatan emosional,” ungkap Arief.

Menurutnya, membaca nyaring memberi banyak manfaat seperti meningkatkan struktur bahasa anak, memperkaya kosa kata, hingga melatih imajinasi.

“Dengan membaca nyaring, orang tua dan anak tidak lagi hanya duduk berdekatan sambil sibuk dengan gadget masing-masing, tapi benar-benar terhubung,” tambahnya.

a0cac2b7-465c-4f05-bbdc-689865f19908-1024x576 Read Aloud Tingkatkan Literasi Anak dan Bangun Bonding Emosional dengan Orang Tua

Dian Nofitasari, selaku narasumber, menjelaskan bahwa kunci utama dalam read aloud adalah menyediakan waktu khusus minimal 15 menit per hari bersama anak secara konsisten.

“Efek membaca nyaring tidak instan. Tapi percayalah, kita sedang menabung kebaikan. Kosa kata anak akan bertambah tanpa kita sadari,” kata Dian.

Ia juga menekankan pentingnya menjadikan aktivitas ini sebagai momen menyenangkan, bukan sekadar mengejar target membaca banyak buku.

“Yang penting kualitas waktu bersama. Matikan TV dan jauhkan HP. Orang tua harus jadi contoh membaca di rumah,” lanjutnya.

Sementara itu, Syaffa Kusuma Wardani menambahkan bahwa teknik membaca juga harus diperhatikan. Intonasi dan ekspresi saat membacakan buku berperan penting dalam menciptakan ketertarikan anak terhadap cerita.

“Jangan ragu berekspresi, seolah-olah Anda sedang bermain peran. Anak-anak menyukai itu. Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan,” tuturnya.

Bimtek ini menjadi langkah konkret Disarpus Banjarnegara dalam menggerakkan literasi keluarga berbasis kedekatan emosional, bukan sekadar kemampuan teknis membaca.