Infobanjarnegara.com – Langkah kaki belasan siswa SMAN 1 Sigaluh tampak melelahkan saat mereka mendaki jalan menuju Petilasan Ki Ageng Giring, Sabtu (26/10/2024).
Perjalanan ini merupakan bagian dari kegiatan ziarah yang diselenggarakan oleh Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (Rohis) sekolah tersebut untuk belajar sejarah Islam di Banjarnegara.
Ditemani oleh guru agama, Gus Irvan Fadli, mereka menempuh jarak lebih dari setengah kilometer di medan menanjak yang cukup terjal. Keringat bercucuran meski pohon-pohon rindang di sepanjang jalan membantu meredam terik matahari.
“Ini memang perjalanan yang cukup menantang, tetapi pengalaman yang kami dapat sungguh berharga,” ujar Gus Irvan sambil tersenyum menahan pegal.
Setibanya di petilasan, Sujeri, juru kunci sekaligus perangkat Desa Gumelem Kulon, menyambut mereka.
Sujeri mulai bercerita tentang sejarah Ki Ageng Giring, sosok penting dalam penyebaran Islam dan pendirian Kerajaan Mataram.
“Ini bukan makam jasad, melainkan petilasan atau tempat bekas keranda Ki Ageng Giring,” jelas Sujeri, menjelaskan bahwa Ki Ageng Giring dikenal memiliki kelapa bertuah yang diyakini mampu menjadikan keturunannya seorang raja jika diminum.
Baca juga: Sosiolog UI Motivasi Peserta LDK OSIS SMAN 1 Purwareja Klampok untuk Masa Bakti 2024/2025
Ramalan tersebut ternyata menjadi kenyataan ketika Ki Ageng Pamanahan meminum kelapa bertuah itu, yang kemudian menurunkan Danang Sutawijaya sebagai pendiri Kerajaan Mataram Islam.
“Saking pentingnya peran Ki Ageng Giring, Sultan Hamengkubuwono IX bahkan rutin berziarah ke petilasan ini untuk melestarikan warisan leluhurnya,” tambah Sujeri.
Di area makam Ki Ageng Gumelem, yang tak jauh dari petilasan tersebut, para siswa mengadakan doa bersama dengan membaca surat Yasin dan tahlil.
Setelah prosesi selesai, mereka menikmati makan bersama di pendopo makam, menciptakan suasana kekeluargaan di antara mereka.
Kegiatan ziarah ini juga membawa mereka ke Masjid Jami Hasan Besari, masjid kuno yang berusia lebih dari empat abad di Desa Gumelem.
Saat ini, masjid tersebut, bersama petilasan dan makam Ki Ageng Gumelem, tengah diusulkan sebagai cagar budaya oleh Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara.
Suparni, guru agama SMAN 1 Sigaluh yang juga turut mendampingi, mengatakan kegiatan ini memberikan wawasan berharga tentang proses Islamisasi di Banjarnegara dan hubungan sejarah Banjarnegara dengan Kerajaan Mataram.
“Kami berharap para siswa memahami sejarah Islam di daerah mereka sendiri, sehingga ada kebanggaan dan tanggung jawab untuk menjaga warisan budaya,” ungkap Suparni.
Para siswa pun mengaku terkesan dengan pengalaman ini. Naufal Muayasa, salah satu peserta, mengungkapkan kekagumannya pada petilasan dan masjid tua tersebut.
“Situs ini tidak kalah menarik dibandingkan situs-situs bersejarah di Demak. Saya merasa bangga bisa belajar langsung di tempat ini,” katanya.
Destia, siswi lainnya, juga merasa senang bisa mengunjungi situs sejarah ini.
“Senang bisa membuat konten tentang sejarah Islam di Banjarnegara dan berbagi pengetahuan ini dengan teman-teman,” ungkap Destia sambil tersenyum.
Kegiatan ziarah ini menginspirasi siswa SMAN 1 Sigaluh untuk lebih mengenal sejarah daerah mereka sendiri dan memahami nilai-nilai Islam dalam konteks budaya Jawa.
Perjalanan yang penuh pembelajaran ini tidak hanya memberi wawasan, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta pada sejarah dan warisan leluhur.
» Klik info lainnya di Google News INFO BANJARNEGARA
» Ikuti Saluran Infobanjarnegara.com di WhatsApp: INFO BANJARNEGARA