Legenda dan Sejarah Desa Banjarmangu

Legenda dan Sejarah Desa Banjarmangu

INFOBANJARNEGARA.com – Nama Banjarmangu merupakan pemberian nama dari Tiga orang yang melakukan perjalanan, yaitu Sunan Giripit, Sunan Giri Wasiat, dan Nyai Sekati, serta putri dari Sunan Gripit yaitu Nyai Pambarep. Ke-empat orang tersebut berjalan menyusuri Sungai Merawu hingga akhirnya sampai pada kompleks persawahan dan bertemu dengan Pertinggi yang bernama Ki Ageng Maliu di Banjar anyar Pakuncen. Nyai Pambarep kemudian dinikahkan dengan Ki Ageng Maliu, dan Banjar anyar Pakuncen menjadi wilayah Dakwah Sunan Gripit.

Di lokasi Banjaranyar tersebut keempat orang tersebut termangu melihat sawah yang berbanjar (berbaris) rapi dan elok. Dilansir dari laman resmi Desa Banjarmangu Konon menurut cerita kemudian dinamakan Banjarmangu, karena melihat sawah yang berbanjar yang membuat termangu. Tahun penamaan Banjarmangu sendiri masih belum diketahui secara pasti, namun menurut Catatan Risalah dan Perjalanan Ke empat tokoh penyebar Islam diperkirakan pada tahun 1433 M nama Banjarmangu sudah ada.

SEJARAH DESA

Sebelum ada Desa Banjarmangu, telah lebih dulu ada Kademangan, yaitu Kademangan Pakuncen, Kademangan Pesantren, dan Kademangan Tegal Singkur (Kandangan dan Kayunan). Seiring waktu kemudian ke-tiga kademangan tersebut Bersatu “disepok” menjadi Desa Banjarmangu, dengan Lurah pertama adalah Murjanom, yang memerintah pada zaman Belanda berkuasa.  

Setelah Lurah Murdjanom, maka Lurah berikutnya adalah Djaeni (1951-1972). Lurah Djaeni tidak sampai masa akhir jabatan, karena digantikan caretaker yaitu Warsono (1972-1975) Selanjutnya setelah masa caretaker dilaksanakan pemilihan Kepala Desa, dan yang terpilih adalah Djamhoeri. Djamhoeri menjadi Kepala Desa dari tahun 1975 sampai tahun 1990. Pada tahun 1990 dilakukan pemilihan Kepala Desa yang masih menggunakan symbol-simbol hasil pertanian seperti: Kelapa, Ketela, Jagung dan sebagainya.

Pada tahun 1990 ada 4 calon Kepala Desa, yaitu; Setiyono (Padi), Windu/Wawin (Ketela), Djamhoeri (Kelapa) dan Chusen (jagung).   Terpilih menjadi Kepala Desa adalah Chusen yang menggunakan symbol jagung. Chusen menjabat Kepala Desa selama periode 8 tahun, sampai pada tahun 1998. Pada tahun 1998 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa, namun sudah tidak menggunakan soimbol palawija. Ada 3 calon, yaitu: Chusen, Dalail dan Siti Musringah.

Pada tahun tersebut yang terpilih adalah Dalail. Dalail menjabat Kepala Desa dari 1998 sampai 2006. Pada tahun 2006 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa, ada 2 calon yaitu Chusen dan Suwelo, dan sebagai pemenang adalah Chusen, sehingga Chusen tahun 2006 menjabat Kepala Desa untuk kedua kalinya.

Masa Jabatan Kepala Desa juga sudah berubah, dari 8 tahun menjadi 6 tahun. Chusen menjadi Kepala Desa untuk kedua kalinya sampai pada tahun 2012.

Selanjutnya pada tahun 2013 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa dengan 2 orang Calon yaitu: Setiyono dan Wahyu Setiyo Budi, dan dimenangkan oleh Setiyono.

Setiyono menjabat Kepala Desa dari tahun 2013 sampai pada bulan Juni 2019. Pada 31 Juli 2019 dilaksanakan Pemilihan Kepala Desa dengan 4 calon yaitu: Nurul Hilal Eko Prayitno, Setiyono, Supratman, dan Sukirno. Hasil Pemilihan Kepala Desa adalah Nurul Hilal Eko Prayitno.

Berikut urutan Kepala Desa yang pernah dan sedang menjabat:

  1. Moerdjanom                     Periode (….… – 1951)
  2. Djaini                                 Periode (1951 – 1972)
  3. Warson (Caretaker)          Periode (1972 – 1975)
  4. Djamhoeri                         Periode (1975 – 1990)
  5. Chusen                              Periode (1990 – 1998)
  6. Dalail                                Periode (1998 – 2006)
  7. Chusen                             Periode (2006 – 2012)
  8. Setiyono                           Periode (2013 – 2019)
  9. Nurul Hilal Eko Prayitno   Periode (2019 – Sekarang)

Sumber: http://banjarmangu.banjarnegara-desa.id/

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *