INFOBANJARNEGARA.com – Dalam perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah fakta sejarah yang menarik terungkap melalui webinar bertajuk “Estafet Sejarah Lokal” yang digelar pada Sabtu, (17/8/2024).
Kegiatan ini berhasil menggali peran penting yang selama ini kurang dikenal, yakni kontribusi Bupati Banjarnegara, Soemitro Kolopaking Poerbonegoro, dalam perumusan Pancasila.
Selama ini, buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah lebih sering menyoroti tokoh-tokoh besar seperti Mr. Mohamad Yamin, Prof. Soepomo, dan Soekarno sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), yang dibentuk oleh Jepang untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, dalam webinar yang diadakan oleh MGMP Sejarah SMA dan AGSI Provinsi Jawa Tengah tersebut, terungkap bahwa ada 60 anggota lain dalam BPUPK, termasuk Soemitro Kolopaking, yang menjabat sebagai Bupati Banjarnegara selama 22 tahun, melintasi tiga era: Belanda, Jepang, dan Republik Indonesia.
Pentingnya Pembelajaran Sejarah Berbasis Kelokalan
Heni Purwono, Ketua AGSI Jawa Tengah sekaligus guru sejarah di SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, menjadi narasumber utama dalam webinar ini. Ia menjelaskan bahwa Soemitro memiliki rekam jejak pergerakan nasional yang luar biasa, sehingga layak diperhitungkan sebagai tokoh yang berperan dalam pembentukan dasar negara Indonesia.
“Mengapa Soemitro bisa menjadi anggota BPUPK, yang isinya para tokoh pergerakan nasional? Karena Soemitro ternyata memiliki rekam jejak pergerakan yang hebat. Ia menjadi sekretaris Indische Vereniging, cikal bakal Perhimpunan Indonesia. Jadi, Soemitro itu satu level dengan Radjiman Wediodiningrat dan senior Mohammad Hatta ketika ia merantau di Eropa,” jelas Heni dengan antusias.
Salah satu aspek menarik dari kisah Soemitro adalah caranya berkelana di Eropa, yang mirip dengan gaya backpacker zaman sekarang. Meski ia adalah anak seorang bupati, Soemitro tidak bergantung pada kekayaan orang tuanya, tetapi berjuang sendiri untuk mencapai tujuannya.
Heni menambahkan bahwa mengajarkan sejarah lokal tentang tokoh seperti Soemitro kepada siswa di Banjarnegara akan membuat mereka merasa lebih dekat dan terlibat dalam sejarah perjuangan bangsa.
“Ketika mereka belajar proses Indonesia merdeka, mereka akan merasa menjadi bagian dari itu semua karena peran Soemitro di masa lalu,” tandasnya.
Ketua MGMP Sejarah SMA Provinsi Jawa Tengah, Rinto Budi Santosa, turut menegaskan pentingnya integrasi sejarah lokal dalam kurikulum pendidikan. Ia berharap kegiatan seperti Estafet Sejarah Lokal ini dapat dilaksanakan secara rutin untuk menggali sejarah dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah.
Dengan demikian, siswa akan lebih tertarik dengan materi sejarah yang mereka pelajari di sekolah.
Webinar ini ternyata tidak hanya menarik perhatian peserta dari Jawa Tengah, tetapi juga dari berbagai wilayah lain. Salah satunya adalah Yeremia, mahasiswa Pascasarjana Universitas Diponegoro yang fokus meneliti sejarah peranakan China.
“Saya tertarik dengan tema diskusi ini, karena trah Kolopaking di Kebumen juga berkelindan dengan peranakan China. Ini forum diskusi yang sangat diperlukan bagi guru sejarah untuk memperkaya materi pembelajaran mereka,” ujar Yeremia.
Webinar ini menjadi sebuah tonggak penting dalam upaya menggali dan memperkenalkan kembali peran tokoh-tokoh lokal yang telah berkontribusi besar bagi bangsa.
Dengan demikian, generasi muda tidak hanya mengenal sejarah Indonesia dari perspektif nasional, tetapi juga dari sudut pandang daerah mereka sendiri, yang tak kalah pentingnya.