Surakarta – Sejarah baru tercipta di Solo Raya! Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Solo Raya resmi dideklarasikan pada Kamis (22/5/2025) dalam sebuah acara yang berlangsung di Aula Gedung F Lantai 3, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Deklarasi ini dihadiri langsung oleh Presiden AGSI, Sumardiansyah Perdana Kusuma.
Acara bersejarah tersebut juga dirangkaikan dengan Seminar Nasional Pendidikan Sejarah yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNS. Hadir sebagai peserta, belasan perwakilan guru sejarah dari berbagai daerah di Solo Raya, termasuk Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo, Sragen, dan Wonogiri.
Dalam sambutannya, Sumardiansyah, yang juga menjabat sebagai Wasekjen PB PGRI, menyampaikan apresiasi mendalam atas lahirnya AGSI Solo Raya. Ia berharap AGSI di wilayah ini segera aktif bergerak untuk memperkuat posisi guru sejarah dalam pembaruan pendidikan nasional.
“Ke depan, perubahan kurikulum harus lebih konstruktif dan inklusif. Harus ada ruang untuk narasi-narasi sejarah yang selama ini terpinggirkan, seperti sejarah Papua, etnis Tionghoa, dan profesi jurnalis. Guru sejarah sebagai user perlu dilibatkan dalam penulisan ulang sejarah nasional,” ujarnya tegas.
Narasi Baru Sejarah Indonesia Harus Berdasarkan Bukti
Hadir pula sebagai narasumber, Prof. Agus Mulyana, Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan RI.
Ia menegaskan bahwa penulisan ulang sejarah Indonesia tidak dilandasi kepentingan tersembunyi, melainkan untuk menyelaraskan historiografi nasional dengan temuan-temuan ilmiah terbaru.
“Misalnya, temuan manusia purba tertua yang ternyata ada di Indonesia. Ini belum masuk dalam naskah sejarah lama. Jadi, publik sebaiknya tidak buru-buru curiga. Semua narasi disusun berdasar bukti ilmiah,” jelas Prof. Agus, yang juga menjabat sebagai Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia.
Koordinator AGSI Solo Raya, Endang Purwatiningsih, menyampaikan rasa bahagianya atas deklarasi ini. Meskipun dengan persiapan yang singkat, Endang menilai ini sebagai langkah awal yang besar bagi pengembangan profesi guru sejarah di wilayah Solo Raya.
“Harapan saya, AGSI Solo Raya bisa menjadi wadah nyata bagi teman-teman guru sejarah untuk belajar, berbagi, dan berkembang,” ungkapnya.
Dengan terbentuknya AGSI Solo Raya, para guru sejarah kini memiliki ruang kolaboratif baru untuk menyuarakan aspirasi, berbagi ilmu, dan ikut serta dalam membentuk narasi sejarah bangsa yang lebih beragam dan adil.