INFOBANJARNEGARA.com – Syefira Diah, siswa kelas XII IPS 1 dengan lantang memimpin rekannya berorasi. Tiga rekan lainnya menenteng poster bernada tuntutan. Sementara puluhan kawan lain di belakang sesekali ikut bersorak dan berteriak. Meski di dalam kelas, namun tuntutan mereka aneh. Mereka berdemonstrasi menuntut Presiden Philipina Ferdinand Marcos mundur!.
Hal itu tentu bukanlah demonstrasi yang sebenarnya, namun hanya metode pembelajaran sejarah dengan simulasi aksi di SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, Kamis (19/2/2023).
Guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Heni Purwono mengatakan pembelajaran sejarah kontemporer harus dikemas sekreatif mungkin, karena isu yang dibahas cendrung kekinian dengan sumber sejarah yang melimpah.
“Saya pikir metode simulasi aksi people power sangat menarik bagi siswa. Mereka diajak melakukan simulasi demonstrasi, hal yang mungkin sangat asing bagi mereka. Namun saya rasa penting mereka pahami,” jelas Heni.
Ia menambahkan, kegiatan ini sangat relevan dengan Merdeka Belajar, karena apa yang dipelajari sangat kontekstual. Dimana di Indonesia beberapa kali suksesi kepemimpinan nasional diawali dengan peristiwa people power seperti jatuhnya Presiden Soekarno dan juga Soeharto.
“Sekaligus kami merayakan Hari Pers Nasional hari ini, siswa kami ajak untuk latihan kebebasan berpendapat pendapat di muka umum. Salah satu siswa dalam kelompok juga harus membuat siaran pers, naskah orasi, poster dan lain-lain. Agar mereka juga tahu bahwa pers merupakan unsur pendukung tegaknya demokrasi yang penting,” tambah Heni.
Salah satu siswa Wahyu Hidayat mengaku baru pertama kali melakukan simulasi aksi. Selain belajar sejarah Philipina, menurutnya simulasi ini memberi ilmu baru.
“Ternyata dalam demonstrasi tidak boleh asal-asalan karena bisa melanggar hukum. Harus terstruktur secara rapi sehingga tidak merugikan banyak orang, namun tujuan menyampaikan aspirasi tercapai,” ujar Wahyu.