Banjarnegara – Sebanyak 20 peserta dari berbagai desa di Kecamatan Purwanegara mengikuti dengan khidmat penutupan Program Magang Usaha Petani Milenial 2025 yang digelar di Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Kampung Gagot pada Rabu (30/7/2025).
Program magang selama 90 hari ini mengusung tema “Mencetak Entrepreneur Muda di Bidang Pertanian”, sebagai upaya konkret mendorong regenerasi petani dengan pendekatan teknologi dan kewirausahaan. Para peserta mendapatkan pembekalan intensif melalui praktik langsung bersama tim P4S Kampung Gagot.
Kang Arul, pembina P4S Kampung Gagot, dalam sambutannya mengungkapkan suka duka perjalanan selama tiga bulan bersama peserta.
“Kalau dulu masih duduk-duduk, sekarang sudah mulai bisa berjalan. Kalau dulu belum ada bayangan usaha, sekarang tinggal bingung mulai dari mana karena peluang sudah terbuka lebar,” ujarnya.
Menurutnya, meski tidak ada standar kelulusan baku, seluruh peserta telah memperoleh bekal dasar untuk memulai usaha pertanian. Produk hasil pelatihan pun telah nyata, mulai dari hidroponik, jamur tiram, beras kemasan, ayam ungkep, lele dalam kemasan, hingga cengkir garing.

Ir. Rukmi Herta Ekoprapti, Ketua Kelompok Jabatan Fungsional (KJF) Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Banjarnegara menyampaikan apresiasi tinggi terhadap capaian peserta.
“Waktu 90 hari memang tidak lama, tapi cukup untuk membangun pondasi. Ini adalah langkah awal alih generasi dari petani tradisional ke petani milenial yang melek teknologi,” jelasnya.
Sementara itu, Anggun Ade Putri, S.P, Koordinator BPP Kecamatan Purwanegara, menyemangati peserta untuk langsung terjun ke dunia nyata pasca magang.
“Setelah ini tidak ada subsidi seperti selama magang. Sekarang saatnya kalian memilih prospek yang cocok dan berani bersaing bahkan dengan petani senior sekalipun,” katanya.
Ia juga mendorong alumni magang untuk membentuk kelompok tani baru di desa masing-masing, sekaligus mendampingi petani lama dalam proses modernisasi.
Salah satu peserta magang usaha tani mengaku mendapatkan banyak pengetahuan baru.
“Selama 3 bulan, banyak sekali ilmu yang saya dapat di sini. Salah satunya adalah tentang pertanian terpadu, dan saya sudah mulai mempraktikkannya sendiri. Ke depan, saya berencana membuat pertanian terpadu di kampung saya agar bisa menjadi contoh bagi petani muda lainnya,” ungkapnya penuh semangat.
Penutupan magang ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjuangan para pemuda untuk menjadi pelopor pertanian maju, mandiri, dan modern di tengah tantangan zaman.